Iklan 1

Advertisement

Zat Penghambat Tumbuh Alelopati

        Alelopati secara umum diartikan sebagai pengaruh negatif suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan atau pembuahan jenis-jenis tumbuhan lainnya. fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan, antar mikroorganisme, atau antar tumbuhan dan mikroorganisme. Interaksi tersebut meliputi penghambat oleh suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan, atau mikroba) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia.
        Beberapa senyawa yang diidentifikasi sebagai alelopati adalah flavanoid, tanin, asam fenolat, asam ferulat, kumarin, terpenoid, stereoid, sianohidrin, quinon, asam sinamik dan derivatnya. Senyawa alelopati kebanyakan dikandung pada jaringan tanaman, seperti akar, umbi, rhizome, batang, daun, bunga, buah dan biji yang dikeluarkan tanaman melalui cara penguapan, eksudasi akar, hasil lindihan dan pelapukan sisa-sisa tanaman. Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara diantaranya:

1. Penguapan

Senyawa alelopat yang dikeluarkan melalui penguapan biasanya dilakukan pada jenis tumbuhan daerah kering. Alelopat yang mudah menguap tersebut tergolong dalam terpenoid yang kebanyakan mono terpen dan seskuiterpen. Alelopat dapat diserap tumbuhan disekitrnya dalam bentuk uap, embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang kemudian akan diserap akar tumbuhan lain (Sastroutomo, 1990).

2.    Eksudasi akar

Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudasi akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.

3.    Pencucian

Senyawa kimia yang terdapat di permukaan tanah dapat tercuci oleh air hujan atau embun. Senyawa-senyawa tersebut diantaranya asam organik, gula, asam amino, terpenoid, alkaloid, dan fenol.

4.    Pembusukan organ tumbuhan

Setelah tanaman mati sel-sel pada organ akan kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa kimia yang ada di dalamnya terlepas.

        Beberapa spesies gulma menyebabkan kerusakan lebih besar pada tanaman karena adanya bahan toksik yang dilepaskan dan menekan pertumbuhan tanaman disekitarnya. Zat alelopati bersifat racun atau toksik yang menyebabkan tanaman kerdil, kehilangan zat hijau daun (klorosis) ditandai dengan permukaan daun berwarna kekuningan, dan kecoklatan.


        Alang-alang yang masih hidup mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ dibawah tanah. Jika sudah mati, baik organ yang berada diatas tanah maupun di bawah tanah sama-sama melepaskan senyawa allopati. Alang-alang menyaingi tanaman lain dengan mengeluarkan senyawa beracun dari akarnya dan dari pembusukan bagian vegetatifnya. Senyawa yang dikeluarkan tersebut adalah golongan fenol. Dengan senyawa tersebut, alang-alang mempunyai kemampuan bersaing lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
Menurut Wijaya (2001) dalam Izah (2009), metabolit yang telah ditemukan pada rimpang alang-alang terdiri dari saponin, tamin, arundoin femenol, isoarborinol, silindrin, dimisrenol kampesterol, stigmasterol, β-sitisterol, skopoletin, skopolin, p-hidroksibenzaldehida katekol, asam klorogenat, asam oksalat, sejumlah besar kalsium dan 5-hidroksitriptamin. Sedangkan pada daunnya mengandung polifenol.  
        Kristanto, dkk (2003) melaporkan bahwa alelopati teki dan juga alang-alang menyebabkan ukuran organ berbagai tanaman legum dan graminae menjadi lebih kecil, proses perkecambahan terhambat dan proses penimbunan bahan kering menjadi terhambat sehingga produksi bahan kering rendah. Ukuran organ daun yang lebih kecil dan tanaman lebih kerdil, terhambatnya laju dan menurunnya prosentase perkecambahan, penurunan laju fotosintesis dan laju pertumbuhan relatif akibat alelopati mencerminkan terjadinya perubahan karakter morfologi, biokimiawi, dan fisiologi tanaman.
Pemberian ekstrak rimpang alang-alang, krokot, dan bayam duri juga diduga karena senyawa fenol merupakan salah satu pereduksi hipokotil dan mendukung pertumbuhan akar. Sehingga apabila ekstrak alang-alang diaplikasikan pada tanaman budidaya maka hipokotil akan pendek dan busuk tetapi mempunyai akar yang panjang.  



Posting Komentar

0 Komentar