Tanaman kakao dapat diperbanyak baik
secara generative maupun vegetatif. Perbanyakan secara generatif dilakukan
dengan menggunakan biji buah kakao yang dipetik dari tanaman kakao. Kegiatan
persemaian tanaman kakao harus benar-benar diperhatikan mulai dari pemetikan
buah sampai kegiatan penyemaian benih pada media semai. Berikut kegiatan dalam
persemaian benih kakao :
a. Pemetikan
buah
Pemilihan
buah kakao untuk mendapatkan biji yang baik untuk dijadikan benih harus
diperhatikan beberapa hal. Parwoto (2008) menyatakan bahwa buah yang dipilih
untuk keperluan benih yang benar-benar baik ditandai dengan :
1) Buah
telah berwarna kuning atau masak fisiologis
2) Memiliki
berat buah segar minimum 350 gr serta volume minimum 400 ml.
3) Bila
diguncang akan timbul suara atau bila diketuk akan terdengar suara.
Buah kakao untuk jenis kakao Criollo
masak fisiologis dapat ditandai dengan warna buah tua berwarna kuning.
Sedangkan kakao Forastero ditandai dengan warna buah tua berwarna orange. Selain
itu dari warna, berat, dan timbul suara jika diguncang, buah kakao yang dapat
dijadikan sebagai benih juga di tandai dengan pangkal buah yang kering.
b. Pemecahan
Buah
Pengambilan biji kakao untuk digunakan
sebagai benih membutuhkan teknik tersendiri dengan memotong secara membujur.
Pemotongan harus dilakukan hati-hati agar biji-biji tidak ikut terbelah atau
rusak. Selain dengan cara pemotongan, biji juga dapat diambil dengan memecah
buah kakao menggunakan alat pemukul (Parwoto, 2008).
Biji kakao di dalam buah kakao tergabung
dalam satu untaian plasenta, plasenta ini berfungsi dalam mengalirkan makanan
dari floem untuk disimpan dalam biji sebagai cadangan makanan. Biji pada buah
kakao yang digunakan sebagai benih pada dasarnya sepertiga bagian tengah. Hal
ini karena pada bagian tengah ruang lebih besar sehingga biji yang berkembang
besar dengan memiliki cadangan yang banyak. Cadangan makanan ini digunakan
untuk mendukung proses pertumbuhan hingga muncul daun.
c. Penghilangan
Pulp
Pulp merupakan selaput daging buah yang
melapisi biji kakao dan memiliki rasa manis. Pulp dihilangkan supaya
menghindari biji kakao agar tidak di rusak oleh semut. Susanto (1984)
menyatakan bahwa penghilangan pulp dapat dengan merendam biji kakao pada
larutan air ntuk menggumpalkan daging buah (pulp) sehingga dapat dipisahkan
dari biji kakao. Selain dengan menggunakan air kapur, penghilangan pulp juga
dapat dilakukan dengan abu dapur.
Selain dengan abu dapur, penghilangan
pulp pada praktikum persemaian ini menggunakan kapur tohor 250 gram yang
dilarutkan dalam air 1,5 liter. Kemudian merendam biji kakao pada larutan kapur
tersebut selama 30 menit. Setelah 30 menit, meremas-remas dan mencuci bersih
biji kakao agar pulp dapat terlepas dari biji kakao yang kemudian siap
dijadikan benih kakao dalam persemaian.
d. Penyemaian
Penyemaian atau pengecambahan benih
kakao dapat dilakukan pada bedengan ataupun dengan karung goni. Persemaian yang
dilakukan pada bedengan umumnya dipilihkan tanah yang gembur dengan di atasnya
dilapisi pasir setebal kira-kira 30 cm.
Cara meletakkan benih yakni bagian ujung
benih yang besar yakni tempat munculnya akar diletakkan di bagian bawah agar
lembaga tidak banyak kehilangan energy untuk mengangkat keping biji ke atas
tanah. Hal ini karena benih kakao bersifat epigaes yang berkecambah dengan
keping biji di atas tanah (Soerotani, 1986).
Selain pada bedengan, penyemaian juga
dapat dilakukan dengan karung goni. Tanah yang sudah rata diatasnya diberi
selapis batu bata merah sesuai dengan luas karung goni. Hal ini untuk mempermudah
meresapnya air siraman. Selanjutnya, karung goni yang telah direndam
dihamparkan diatasnya (Susanto, 1994).
Parwoto, A. A. 2008. Panduan Lengkap Kakao : Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Soerotani, S. 1986. Bercocok Tanam dan Pengolahan Kakao. Lembaga Pendidikan Perkebunan
(LPP), Yogyakarta.
Susanto. 1994. Tanaman
Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil. Yogyakarta : Kanisius.
0 Komentar